“Bu...” Somad menyebut istrinya lalu ia lanjutkan kalimatnya. “Bagaimana rencana kita untuk kredit rumah?”
Istrinya hanya diam sambil meneruskan jahitan.
“Kita harus bikin keputusan” sambung Somad.
“Bapak butuh handphone?”“Butuh...”“Nah, berarti sudah jelaskan?” kata sang istri.
“Keputusan di bapak. Ibu ikut apapun keputusan bapak”
Jawabannya meski dikatakan dengan ikhlas dan lembut namun terasa tegas dan pasti.
“Ya sudah, bapak ambil kredit yang bukan berhadiah handphone saja. Memang aneh kredit rumah berhadiah taman, tapi sepertinya itu pilihan yang bagus dan bijak. Bapak ingin melihat anak anak kita bermain bebas di taman yang hijau dengan udara segar.“Bu...” Somad menyebut istrinya lalu ia lanjutkan kalimatnya. “Bagaimana rencana kita untuk kredit rumah?”
Istrinya hanya diam sambil meneruskan jahitan.
“Kita harus bikin keputusan” sambung Somad.
“Bapak butuh handphone?”“Butuh...”“Nah, berarti sudah jelaskan?” kata sang istri.
“Keputusan di bapak. Ibu ikut apapun keputusan bapak”
Jawabannya meski dikatakan dengan ikhlas dan lembut namun terasa tegas dan pasti.
“Ya sudah, bapak ambil kredit yang bukan berhadiah handphone saja. Memang aneh kredit rumah berhadiah taman, tapi sepertinya itu pilihan yang bagus dan bijak. Bapak ingin melihat anak anak kita bermain bebas di taman yang hijau dengan udara segar.
Jumat, 12 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar